Penggunaan alkohol kronik akan mengganggu kadar protein yang terdapat di luar jaringan paru.
Kondisi tersebut akan memperpendek fungsi protektif dari antioksidan, mempengaruhi ketahanan sistem imun dan memicu suatu kondisi yang disebut "Alcoholic lung", dilaporkan dari hasil penelitian yang dipresentasikan dalam suatu konferensi "Physiological Genomics and Proteomics of Lung Disease".
Temuan ini memberikan penjelasan bagaimana alkohol membahayakan molekul-molekul paru dan memicu terjadinya penyakit yang serius, seperti pneumonia dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Dalam penelitiannya mereka yang mengkonsumsi alkohol kronik akan mengalami luka yang akut pada epitel paru sehingga terjadi penurunan sinyal dari granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan penurunan permeabilitas dari epitel alveolar, dikatakan peneliti dari Emory University , Atlanta.
Koval mengatakan mereka mencoba mengetahui kadar molekul pada penderita alcoholic lung.
Pengguna alkohol kronik berhubungan dengan penyakit hati, namun ternyata bukan hanya hati saja yang terpengaruh namun banyak organ tubuh yang terganggu. Baru-baru ini para ahli tersebut menemukan suatu kondisi yang disebut "alcoholic lung".
Peminum alkohol lebih memungkinkan terkena pneumonia dan dua kali lebih sering alami ARDS dibandingkan dengan mereka non alkoholik, Koval mengatakan. Penderita alcoholic lung ternyata memiliki kadar glutation yang lebih rendah. Glutation adalah suatu antioksidan yang membantu melindungi paru dari stres oksidatif.
Tim peneliti Emory mendapatkan bahwa alkohol akan mengganggu claudin, suatu kelompok dari protein yang berperan mengatur ikatan udara dan cairan pelindung. Pelindung (Barrier) ini akan membuat udara berada di dalam paru, sehingga menjaga darah dan mempertahankan cairan tetap berada diluar paru.
ketika protein claudin terganggu, paru akan mengalami luka atau robek. Paru-paru selalu menarik cairan keluar, namun saat penderita mengalami luka atau infeksi di paru, kemampuan untuk menahan cairan tetap diluar menghilang sehingga akhirnya terjadi pneumonia atau ARDS.
Dari hasil studi klinik ditemukan bahwa dengan terapi GM-CSF akan menurunkan luka paru yang akut terutama pada pasien dengan kondisi syok septik. Menurut para ahli, sel epitel paru tergantung pada GM-CSF sehingga dapat mengikat barrier udara dan air. Mereka mengatakan bahwa barrier udara dan air akan meningkat saat penderita alcoholic lung diterapi dengan GM-CSF.