Semua yang diciptakan Alloh
Swt tidak ada yang sia-sia, termasuk serangga yang namanya Lebah.
Keistimewaan Lebah telah digambarkan dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 69 :
“Dari perut lebah itu keluar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia.” (QS. An-Nahl : 69)
Karena itu Nabi Muhammad Saw
mengumpamakan seorang mukmin harus seperti lebah.
“Perumpamaan orang mukmin
itu seperti lebah. Kalau makan, ia memakan yang baik. Kalau mengeluarkan, ia
mengeluarkan yang baik. Dan kalau ia hinggap di kayu yang rapuh, ia tidak
mematahkannya.” (HR. Al-Baihaqi)
Dari
ilustrasi yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw tentang seorang mukmin harus
seperti lebah, maka ada tiga sifat baik yang seharusnya melekat pada diri
seorang mukmin.
Pertama, lebah
tidak pernah memakan makanan yang kotor. Lebah senantiasa berusaha agar
mendapatkan makanan yang baik dengan jalan menghisap sari-sari bunga yang
wangi. Ini adalah satu perumpamaan, bagaimana seharusnya makan dan makanan
seorang mukmin. Yaitu harus yang halal dan baik “halalan thayyiban”.
Artinya tidak termasuk baik, kalau hanya sekedar makan tanpa memperhatikan
kepentingan rohani dan keperluan jasmani. Jika lebah saja sudah bisa mencari
makanan yang bersih, apalagi dengan manusia terutama bagi umat Islam.
Kedua,
yang dikeluarkan dari tubuh lebah tidak ada yang bau tapi berupa madu yang
wangi, manis dan menyehatkan. Perumpamaan ini maksudnya segala ucapan dan
perbuatan seorang mukmin itu harus ibarat madu, ya manis budi, ya berakhlakul
karimah, ya menyelamatkan bagi keluarga, orang lain, masyarakat dan negara
dengan didasari ridho Alloh Swt.
Ketiga,
kalau lebah hinggap didahan yang rapuh tidak menyebabkan patah dahan tersebut.
Begitulah perumpamaan seorang mukmin jika datang ke suatu tempat lalu bergaul
dengan masyarakatnya, janganlah lalu menjadi biangkerok kesalahan,
kejahatan dan kerusakan di tempat tersebut.